Jadi Fokus Pengembangan Komoditi Sagu, Ini Luas Hutan Sagu di SBT

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku memastikan mendukung penuh program hilirisasi sagu di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Kepastian ini disampaikan langsung oleh Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa saat berkunjung ke Kabupaten SBT pekan lalu.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku memastikan mendukung penuh program hilirisasi sagu di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Kepastian ini disampaikan langsung oleh Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa saat berkunjung ke Kabupaten SBT pekan lalu.

Gubernur juga mengakui, komoditi sagu menjadi pangan lokal di Maluku. Hal ini sejalan dengan program Asta Cita Presiden Prabowo, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru.

Lantas berapa luasan hutan sagu di Kabupaten SBT?

Kepala Dinas Pertanian Maluku Ilham Tauda menerangkan, Dinas Pertanian Provinsi Maluku mencatat bahwa Kabupaten SBT memiliki 36.462 hektare hutan sagu potensial yang dapat dijadikan lahan perkebunan sebagai wujud ketahanan pangan.

"Luas potensi 36.462 hektare itu dapat menghasilkan produksi sagu sebanyak 14.123 ton," kata Ilham Tauda di Ambon.

Ia menjelaskan bahwa dengan luasan itu Provinsi Maluku menduduki posisi tiga terbesar sentra sagu di Indonesia setelah Riau dan Papua Tengah.

Dari total lahan sagu potensial di Maluku sebanyak 36.462 hektare itu, Kabupaten SBT mendominasi lahan potensial terbesar di Maluku dengan luas kurang lebih 35.421 hektare.

Dengan potensi ini, Gubernur berjanji dalam batas-batas kewenangannya sebagai gubernur Maluku, dirinya akan mendukung penuh program Bupati dan Wakil Bupati SBT untuk menjadikan daerah ini sebagai ikon industri sagu di Indonesia dan khususnya di Maluku.

"Beta (saya) berjanji kepada pak bupati dan wakil bupati, sebagai gubernur dalam batas-batas kewenangan beta (saya) sebagai gubernur, beta (saya) akan mendukung program menjadikan SBT sebagai ikon industri sagu di Indonesia dan khususnya di Maluku," terangnya.

Menurut Ilham, hal yang paling penting dilakukan adalah penataan hutan sagu menjadi kebun sagu untuk meningkatkan produktivitas sagu sehingga bisa diolah dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi salah satunya tepung sagu.

Pasalnya kata dia lahan sagu yang ada di Maluku umumnya merupakan tegakan alami (Hutan Sagu), tidak terawat dengan baik sehingga pertumbuhannya tidak teratur.

Apalagi berdasarkan ilmu pertanian jika jumlah tumbuhan per satuan luas sangat padat rentan terjadi persaingan yang mempengaruhi jumlah produksi per pohon menjadi rendah.

"Cara memanen sagu di hutan sagu yang umumnya rawa sangat sulit, proses pengangkutan sangat sulit, sistem drainase yang buruk, penyediaan SDM sebagai pelaksana di lapangan dan proses produksi sulit dilakukan," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa kapasitas pemenuhan pangan tinggi dengan pengembangan potensi sagu berbasis kearifan lokal dapat membantu ketahanan pangan nasional.

"Pohon Sagu tahan di lahan tropis dan berpotensi menjadi sumber pangan utama di Indonesia timur/Maluku," ujarnya (*)

Sumber: BeritaBeta.com

#OPD
SHARE :
Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
LINK TERKAIT